DEJABAR.ID, CIREBON – Setiap memasuki awal bulan April, masyarakat etnis Tionghoa yang ada di Kota Cirebon selalu datang ke kuburan-kuburan leluhurnya untuk berziarah. Tradisi ini biasanya disebut Ceng Beng.
Perayaaan tradisi Ceng Beng ini bertujuan untuk mendoakan arwah para leluhur, sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Bumi Toa Pe Kong, dan Dewa Neraka Te Cong Po Sap, yang dipimpin oleh biksu Vajracharya Lian Zui. Biasanya tradisi Ceng Beng dilakukan di kuburan Ku Tiong dan Sin Tiong, Jalan Jenderal Sudirman, Kali Tanjung, Kota Cirebon.
Menurut pengamat Tionghoa, Jeremy Huang, kata Ceng Beng atau Qing Ming yang biasanya jatuh pada tanggal 5 April, berasal dari Bahasa Hokian yang artinya Terang Benderang. Karena umumnya, sebelum datang ke kuburan leluhur, tepatnya seminggu sebelum perayaan Ceng Beng, mereka membersihkan makam dan mempercantik kembali kuburan leluhur mereka terlebih dahulu.
Selain itu, ada juga yang mengartikan kata Ceng Beng sendiri merupakan salah satu istilah dalam astronomi Tiongkok, yang mengacu pada salah satu dari 24 posisi matahari yang jatuh setiap tanggal 4-5 April. Pada hari tersebut, cahaya matahari dipercaya akan bersinar paling terang, sehingga cuaca menjadi terasa lebih hangat.
“Puncak hari Ceng Beng pada 5 April, tetapi sepuluh hari sebelum 5 April yaitu 27 Maret, juga masih menjadi rangkaian tradisi Ceng Beng,” jelasnya saat ditemui awak media, Sabtu (6/4/2019).
Dalam tradisi tersebut, mereka menabur bunga dan sembahyang di makam leluhur mereka. Ziarah leluhur seperti yang diajarkan Kong Hu Cu, yaitu untuk berbakti kepada orang tua. Menghormati orang tua bukan hanya ketika mereka masih hidup, tetapi setelah mereka meninggal, wajib menghormati mereka.
“Kehidupan yang kita nikmati saat ini, berkat kerja keras perjuangan leluhur kita yang diwariskan kepada anak cucunya,” tuturnya.
Huang menceritakan, pada abad ke 18 hingga 20, etnis Tionghoa di kota Cirebon yang memperingati Ceng Beng di kuburan Ku Tiong dan Sin Tiong, menjadi perayaan yang dinanti-nanti dan ramai dikunjungi. Seminggu sebelum 5 April hingga tiba hari H-nya, kuburan Ku Tiong ramai dikunjungi warga Tionghoa Cirebon. Karena, semua keluarga Tionghoa yang memiliki kuburan leluhur di Ku Tiong datang ziarah kubur memperingati Ceng Beng di Ku Tiong kota Cirebon.
“Yang dari luar kota memiliki kuburan leluhur di Ku Tiong juga datang memperingati Ceng Beng. Setelah ziarah, mereka makan bersama keluarga,” pungkasnya.(Jfr)