DEJABAR.ID, TASIKMALAYA-Balai Bahasa Jawa Barat menggelar Diskusi Kelompok Terpumpun (FGD) bagi wartawan dan redaktur media massa se-kota dan Kabupaten Tasikmalaya di salah satu hotel di Tasikmalaya, Rabu (28/11/2018).
Acara tersebut menghadirkan narasumber Ketua Balai Bahasa Jawa Barat, Sutejo, Direktur Radar Tasikmalaya Grup Dadan Alisundana dan Dewan Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat Imam Jahrudin Priyanto.
Diskusi yang dihadiri sejumlah media massa di kota dan Kabupaten Tasikmalaya itu mengupas peranan media massa sebagai ujung tombak dalam upaya meneladankan pengunaan Bahasa Indonesia kepada masyarakat, sebab selama ini media massa menjadi salah satu sumber yang dipercaya oleh masyarakat.
Ketua Balai Bahasa Jawa Barat Sutejo menuturkan, kegiatan yang mengangkat tema ‘Peningkatan Sikap Positif Media Massa Terhadap Bahasa Indonesia’ tersebut bertujuan untuk menyatukan visi dan misi bersama insan pers dalam menggelorakan penggunaan Bahasa Indonesia.
“Saat ini, penggunaan bahasa asing di ruang publik sudah tidak terkendali. Banyak kita jumpai toko-toko, hingga hotel menggunakan nama asing. Mungkin dikarenakan ada anggapan bahwa bahasa asing lebih memiliki nilai jual, ini yang menjadi tugas kita bersama. Bagaimana membudayakan kembali penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai EYD,” tuturnya.
Ia melanjutkan, bukan tidak boleh menggunakan Bahasa Indonesia, namun kembali pada Sumpah Pemuda yang salah satu poinnya menyatakan untuk menjunjung tinggi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, maka utamakanlah Bahasa Indonesia.
“Jadi, utamakan Bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing,” ujarnya.
Sementara itu, Dewan Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat Imam Jahrudin Priyanto menuturkan, dalam media massa, kualitas Bahasa Indonesia juga bergantung pada prinsip dari media itu sendiri. Namun diharapkan segenap insan pers memiliki kepedulian terhadap Bahasa Indonesia.
“Media sangat berperan dalam mensosialisasikan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, melalui tulisan-tulisannya yang menjadi sumber yang dipercaya masyarakat. Oleh sebab itu, diharapkan media massa memiliki spirit yang sama untuk membudayakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan ikut larut dalam kesalahan, tapi membetulkan kesalahan,” ungkapnya.(Ian)