Press ESC to close

Ari Sumarto Taslim Ingin Contoh Ridwan Kamil Sulap Kali Malang seperti di Korea

  • February 21, 2023

Dejabar.id, Bekasi – Cheonggyecheon stream adalah sungai kecil di pusat kota Seoul Korea Selatan dan selalu dijadikan lokasi shooting Drama Korea serta letaknya berdampingan dengan Gwanghamun square dan istana Gyeongbokgung.

Sungai Kali Malang di bilangan Jl KH Noer Ali Kota Bekasi saat ini begitu indah hasil karya dingin Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat.

Berbeda dengan Sungai Ciliwung yang menjadi sumber kehidupan sejak berabad-abad lamanya. Banyak kenangan tersendiri bagi masyarakat Jakarta, Bogor dan sekitarnya.

Selain keindahannya sejak dahulu, sungai Ciliwung menjadi Napak tilas beberapa raja sebut saja Prabu Siliwangi atau beberapa raja Pasundan.

Belasan situs purbakala di sepanjang Sungai Ciliwung, mulai dari Depok hingga Jakarta, berada dalam kondisi rusak atau bahkan hancur sama sekali. Hal ini terjadi akibat proses alih fungsi lahan yang tak terkendali di sepanjang bantaran sungai tersebut.

Temuan-temuan itu merupakan bukti bahwa pada masa sekitar 1500 hingga sekitar abad ke-15 Masehi, di sepanjang Ciliwung telah berkembang peradaban masyarakat yang kemudian menjadi nenek moyang bangsa Indonesia. “Sayang, belum ada usaha penyelamatan situs-situs purbakala di sepanjang Sungai Ciliwung ini,”ucap Ari Sumarto Taslim pemerhati masalah ekosistem lingkungan.

Sejarah juga mencatat bagaimana sungai Ciliwung sebagai sarana warga untuk transportasi sehari-hari, untuk berbagai tempat tujuan dari Bogor ke Jakarta begitu sebsliknya.

Tentu saja kegiatan transportasi warga Bogor ini bukan hanya cerita urban belaka. Foto-foto diabadikan oleh para pencinta fotografi sejak 1900an yang menggambarkan aktivitas Ciliwung, bertebaran di dunia maya, jika kita memasukan kata ‘Ciliwung Jaman Dahulu’, dalam mesin pencarian google,Bing,Yahoo,MSN,Baidu dan sebagainya.

Seorang Pengamat Ekosistem dan Lingkungan Hidup Ari Sumarto Taslim, mengomentari wajah Ciliwung hari ini. Ari Sumarto Taslim punya mimpi ke depan, untuk menyelamatkan Sungai Ciliwung agar bersih serta indah, kekhawatiran Ari Sumanto Taslim yang saat ini Sungai Ciliwung bisa dikatakan bermasalah situasinyanya, penyempitan penuh pemukiman dan pabrik serta banyak pelanggaran garis sepadan sungai.

“Tingkat pencemaran sungai Ciliwung saat ini sudah tidak terkendali. Seharusnya sungai ada peraturan daerah yang ketat baik Bogor,Depok dan DKI Jakarta, ini sudah diterapkan negara-negara dunia untuk menjaga sungainya dengan pengawasan ketat, serta aturan yang membuat jera pelanggarnya hingga terjaga sungainya,”jelas Ari Sumarto Taslim, Selasa (21/2).

Ari Sumarto Taslim, ingin Heru Budi Hartono PJ Gubernur DKI Jakarta bertindak out of the box untuk bisa merubah wajah sungai Ciliwung, menjadi baik dan bersih “Kita sudah melihat Ridwan Kamil gubernur Jawa Barat yang dirubah dengan ide gilanya sungai Kalimalang, dengan merubah wajah sungai itu seperti di Korea. Ini patut ditiru,” ungkap Ari.

Lebih lanjut Ari juga meminta warga DKI Jakarta, ikut membantu pemprov DKI mewujudkan wajah sungai Ciliwung yang kumuh, bisa lestari dan menjadi kebanggaan warga DKI Jakarta.”Bersama kita bisa, untuk mewujudkan keinginan pak Heru dalam menjaga sungai Ciliwung dan ikut membantu dengan jangan membuang sampah ke sungai, namun ke tempat sampah yang tersedia,” ucapnya.

“Banyak warga Bogor menjual bambu-bambunya menyusuri sungai Ciliwung dan sampai Pasar Minggu untuk dijual,” lanjut Ari, menggambarkan keadaan sungai Ciliwung dahulu kala.Mengutip syair lagi anak-anak, dengan syair “pepaya, mangga, pisang, jambu. Dibawa dari Pasar Minggu”, Ari menghubungkannya akan ter-ngiang masa kanak-kanak, bagaimana pasar Minggu memiliki jalur sutra dalam jual beli melalui sungai Ciliwung.”Jika kita kanak-kanak dahulu, lagu wajib tersebut menjadi kenangan karena sungai Ciliwung saat ini selalu menjadi momok warga Jakarta karena banjir kiriman,” jelasnya.

Bagaimana tidak, masih kata Ari, daerah Bogor saat ini juga penuh dengan bangunan villa dan rumah serta hutannya yang tidak lestari. Banyak bangunan yang sepertinya tidak melihat keamanan dalam pembangunan nya, yang mana dalam beberapa waktu ke belakang banyak bencana longsor yang terjadi. “Jelas kita sebagai manusia harusnya berterimakasih kepada bumi, tempat kita tinggal. Dan kewajiban kitalah yang menjaganya. Kalau tidak dijaga, alam marah, akan terjadi bencana alam seperti banjir, longsor dan lainnya,” pungkas Ari Sumarto.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *