dejabar.id, Majalengka – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka, Agus Permana menyebutkan, pihaknya saat ini sudah memetakan lokasi rawan kekeringan dampak musim kemarau di Kabupaten Majalengka.
“Ada 132 desa yang rentan kekeringan dan 62 yang rawan kekeringan di Kabupaten Majalengka ini,” ungkap Agus kepada dejabar.id, Selasa (24/9/2019).
Namun, kata dia, terparah yang dilanda kekeringan ada di wilayah Kecamatan Kadipaten. Yakni, Desa Heulet, Liangjulang dan Cipaku serta di Kecamatan Majalengka, berada di Desa Sindangkasih dan Keluruhan Cicurug.
“Di wilayah itu, memang sudah rutin, bahkan saat ini sungai pun sudah mengering, sehingga mereka pun paling sering meminta pendistribusian air bersih,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga memperkirakan status bencana kekeringan tersebut, ditetapkan berakhir hingga 31 Oktober 2019.
Sehingga kata dia, jajarannya akan terus siaga untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat selama musim kemarau tahun 2019 ini.
“Hal ini berdasarkan informasi dari BMKG, bahwa hujan diperkirakan akan turun di sekitar bulan awal November mendatang,” katanya.
Meski ini semacam asumsi, namun BPBD se-Jawa Barat dan BPBD Provinsi telah melakukan kesepakatan, bahwa bencana kekeringan tersebut hingga tanggal 31 Oktober.
Sedangkan, kata dia, untuk mengantisipasi berbagai ancaman dampak dari musim kemarau, pihaknya selalu menyiapkan tangki air untuk pendistribusian air ke daerah rawan kekeringan.
“Kami akan terus salurkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga. Namun, kita memerlukan kerjasamanya dengan para aparat desa,” paparnya.
“Jika ada warga yang mengalami kekeringan, segera mengrimkan surat permohonanan air bersih ke BBPD. Kita akan langsung menindaklanjutinya dengan mengirimkan air bersih tersebut,” tukasnya. (jja)